I. KONDISISI UMUM
1. Batas
Wilayah
Batas-batas daerah meliputi Laut Jawa di sebelah utara,
Kabupaten Sumenep di sebelah timur, Selat Madura di sebelah selatan, Kabupaten
Sampang di sebelah barat.
Secara administratif luas wilayah : 79.230 Ha, terbagi : 13
kecamatan meliputi 189 desa/kelurahan.
2.
Karakteristik Wilayah
Struktur
geologinya terdiri dari holosen alluvium, pliosen limestone facies, miosen
sendimentary facies, dan cleiston clay sedementary. Jenis tanah terdiri dari
alluvial, mediteran, grumosol, regusol, dan litosol.
Curah hujan
tahun 2001 mencapai 9.264 mm (776 mm/tahun) dengan jumlah hari hujan selama 552
hari (46 hari/tahun), temperatur antara 28oC–32oC dan
kelembaban nisbi rata-rata 80 %.
Kabupaten Pamekasan berada di ketinggian 0–340 m dpl
dengan kemiringan meliputi 0–2 % (seluas 29,4 %), 2–15 % (46,3 %), 15–40 %
(20,8 %), dan > 40 % (3,5 %).
Pertumbuhan ekonomi kabupaten dipengaruhi oleh 3 sektor
utama, pertanian, jasa, dan perdagangan. Tahun 2001 pertumbuhan ekonomi mencapai
1,59 % disumbang oleh sektor pertanian (52,48 %), jasa (19,147 %), dan
perdagangan (9,35 %).
II. KEADAAN
UMUM
1. Luas daratan : 791,26 Km2
a.
Pemukiman
/ kampung : 53,14
km2
b.
Persawahan : 108,54 km2
c.
Pertanian
tanah kering : 482,92 km2
d.
Tambak
/ kolam : 26,94
km2
e.
Kawasan
Hutan : 4,76
km2
f.
Tanah
kritis : 114,96 km2
2.
Wilayah Administrasi Pemerintah
a.
Pembantu Bupati : 4
b.
Kecamatan : 13
c.
Kelurahan : 11
d.
Desa : 178
e.
Dusun : 1.041
f.
Rukun Warga : 1.021
g.
Rukun Tetangga : 2.554
3. Penduduk
Kabupaten Pamekasan :
Perkembangan Jumlah Penduduk
|
Jumlah Penduduk
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
|
725.932
|
671.544
|
688.380
|
795.801
|
835.101
|
|
Jenis Kelamin
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
|
Laki-laki
|
350.367
|
324.333
|
335.828
|
393.306
|
405.345
|
|
Perempuan
|
375.565
|
347.211
|
352.552
|
402.495
|
429.756
|
|
Kepadatan Penduduk
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
|
916
|
848
|
869
|
1.004
|
1.054
|
4. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita (dalam juta Rp.)
|
NO.
|
U R A I A N
|
2006
|
2007
|
2008
|
|
1.
|
PDRB
ADHB
|
2.962.126,26
|
3.332.240,11
|
3.609.214,24
|
|
2.
|
PDRB
ADHK Th. 2000
|
1.694.484,13
|
1.775.107,44
|
1.869.012,51
|
|
3.
|
Pendapatan
Perkapita ADHB
|
3.262.750,60
|
3.615.911,64
|
3.852.036,72
|
|
4.
|
Pendapatan
Perkapita
|
1.866.456,27
|
1.926.221,23
|
1.994.757,40
|
|
|
ADHK
Th. 2000
|
|
|
|
Sumber : BPS
Pamekasan
III. SEJARAH
Pamekasan
a. Sekilas Raja-Raja di Pamekasan
Masa Pemerintahan
Raja-Raja dan Hingga Pemerintahan
Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah Nama
Pamekasan sendiri baru dikenal abad ke 16, ketika Ronggo Sukowati mulai
memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton Mandilaras.
Sejarah
Pemerintah Lokal Pamekasan, sekitar abad ke lima belas berdasarkan sumber sejarah tentang
lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sumoyo merintis Pemerintahan Lokal di
daerah Proppo atau Parupuk. Diperkirakan
Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan Sumenep, berdiri sejak
pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.
Pemerintahan lokal Pamekasan lahir abad 15, zaman
kegelapan Majapahit yaitu salah satunya diterimanya agama Islam di daerah-daerah
pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit. Madura tertulis mengenai raja-raja
pribumi pada zaman pra-Islam.
Pamekasan awalnya ditulis oleh penulis Belanda dan diterjemahkan
atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun
Abdurrahman. Sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad
ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, Ronggo Sukowati mulai
mereformasi pemerintahan dan pembangunan di Wilayahnya. Raja pertama di
Pamekasan yang menyebarkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya.
Pemerintahan Ronggo Sukowati mulai dikenal sejak legenda
Kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggo Sukowati memiliki nilai sejarah untuk
menentukan hari jadi kota Pamekasan.
Invasi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal
di bawah pengawasan Mataram. Beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan
Sejarah Dalem dan penelitian sejarah sarjana Barat yang lebih banyak dikaitkan
dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau
Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigland tentang kerajaan Islam pertama
di Jawa dan Banda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit.
b. Sejarah Madura
Madura berabad-abad menjadi
subordinat daerah kekuasaan berpusat di Jawa. Tahun 900-1500, Madura di bawah
kekuasaan kerajaan Hindu Jawa Timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit.
Tahun 1500 dan 1624, penguasa Madura
bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak,
Gresik, dan Surabaya.
Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan
oleh Mataram. Paruh pertama abad 18 Madura di bawah kekuasaan kolonial Belanda
(mulai 1882), VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Pada tahun 1920-an, Madura menjadi
bagian dari Provinsi Jawa Timur.
Sebelum abad ke 18, Madura terdiri
dari kerajaan-kerajaan yang saling bersaingan, akan tetapi sering pula bersatu
dengan melaksanakan politik perkawinan. Diantaranya kerajaan-kerajaan tersebut
adalah Arosbaya, Blega, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Kerajaan di Madura berada di bawah
supremasi kerajaan besar yang kekuasaannya berpusat di Jawa. Tahun 1100-1700,
kerajaan-kerajaan itu berada dibawah supremasi kerajaan Hindu di Jawa Timur,
kerajaan-kerajaan Islam dipesisir Demak dan Surabaya serta kerajaan Mataram di
Jawa Tengah.
Pertengahan abad ke 18, Madura
berada di bawah VOC, setelah Kompeni dibubarkan tahun 1879, Madura dengan
berangsur-angsur menjadi bagian dari Kolonial Belanda sampai dengan masa
pendudukan Bala Tentara Jepang.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Pulau Madura berstatus Karesidenan dalam
Propinsi Jawa Timur. Tahun 1947, Madura diduduki kembali oleh Pemerintah
Penjajah Belanda.
Tahun 1948 Pemerintah Belanda
membentuk Negara Madura. Status negara berlangsung hingga pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949-1950 oleh Belanda.
Negara Republik Indonesia Serikat
(RIS), Madura adalah Negara Bagian seperti Negara-Negara Bagian lainnya,
seperti Republik Indonesia Yokyakarta, Indonesia Timur, Pasundan, Sumatra
Timur, Sumatra Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Barat. Status Madura didalam
wadah RIS hanya berusia pendek, tahun 1950 Madura telah membubarkan Parlemen
dan Negara Madura, dan kembali bergabung dengan Republik Indonesia (kesatuan di
Yogyakarta).
SEMANGAT BERJUANG MELAWAN PENINDASAN
DAN PENJAJAHAN
Masyarakat Madura memiliki semangat
untuk melawan segala bentuk penindasan dan penjajahan.
1. Menurut cerita jaman kuno yang ditulis di atas
daun lontar, kerajaan Mendangkawulan kedatangan musuh dari negeri Cina.
Didalam peperangan Mendangkawulan
berkali-kali menderita kekalahan, sehingga kedatangan seorang yang sangat tua
dan berkata bahwa di Pulau Madu Oro (Madura) bertempat tinggal anak muda
bernama Raden Segoro (Segoro = laut).
Raja dianjurkan minta bantuan kepada Raden
Segoro jika didalam peperangan ingin menang. Raden
Segoro berangkat dengan membawa senjata Si Nengolo. Tentara musuh banyak yang
tewas dan kerajaan Mendangkawulan menang dalam peperangan.
2. Orang Madura, memiliki andil berdirinya kerajaan
Majapahit abad ke 13, orang Madura membuka hutan Tarik menjadi kerajaan Majapahit.
Tokoh-tokoh Madura ialah Wiraraja, Lembu
Sora, Ranggalawe, membantu Raden Wijaya hingga mencapai punjak kejayaan. Raden
Wijaya dikejar oleh tentara Jayakatwang dan kerajaan Singosari runtuh, ia
mengungsi ke Sumenep minta perlindungan dan bantuan sang Adipati Madura,
menyusun strategi agar Raden Wijaya pewaris tahtakerajaan Singosari dapat
kembali berkuasa.
Wiraraja atau Banyak Wide aktor
intelektual memenangkan perang melawan tentara Tartar yang dikirim oleh Kubelai
Khan menaklukkan raja Jawa.
Tentara Tartar mengalahkan kerajaan
Jayakatwang Kediri, tetapi tentara Tartar ini pula dihancurkan oleh Raden
Wijaya dengan bantuan orang-orang Madura yang bersemangat tinggi dalam
berperang untuk mengusir musuh.
3.
Abad ke 15, ketika Dempo Awang (Sam Poo Tualang) seorang
Panglima Perang dari Negeri Cina nenunjukkan kekuasaannya kepada raja-raja di
Jawa dan Madura, agar mereka tunduk. Jokotole dari Madura melawan Dempo Awang,
kapal layar berlayar di atas gunung.
Dampo Awang kapalnya hancur luluh ketanah
tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Piring Dampo Awang
jatuh di Ujung Piring sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan.
Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah. Bahwa Sam Poo Tualang
tersebut adalah seorang Laksamana Cina yang bernama Cheng Hoo.
4. Sultan
Agung Mataram, menjalankan politik mempersatukan Jawa dan Madura, agar Kompeni
sukar melebarkan sayapnya. Tahun 1614 Surabaya ditaklukkakn, Pasuruan dan
Tuban. Tahun 1624, Madura dapat ditaklukkan.
Keturunan raja Madura adalah Raden Praseno
setelah dewasa dikawinkan seorang putri adik Raja Mataram.
Sultan Agung, Mataram ditakuti oleh
Kompeni Belanda, tetapi setelah Amangkurat I berkuasa, Kompeni menjalankan
politik pecah belah dan Amangkurat I tidak mempunyai kewibawaan.
Pangeran Alit (adiknya sendiri) dicurigai
dan diperintahkan untuk ditangkap dan dibunuh. Raden Maluyo ayah dari Trunojoyo
juga menjadi korban.
Akhirnya
juga Cakraningrat I (Raden Praseno), penasehat umum kerajaan menjadi korban
pembersihan.
Trunojoyo maju karena terdorong untuk
membasmi ketidakadilan, bukan kekuasaan dan kedudukan. Mahkota yang ada
ditangannya dikembalikan kepada Susuhunan, asal saja Susuhunan mau ke Kediri
dengan tidak berteman dengan Belanda (artinya : Amangkurat II diminta untuk
memutuskan hubungannya dengan Belanda).
5. Abad ke 18 Kompeni Belanda, menindas raja-raja
dan rakyat Madura, Madura Barat perlawanan dipimpin oleh Cakraningrat IV. perlawanan
dapat dipatahkan karena Kompeni mendatangkan bala bantuan dari Batavia.
Cakraningrat IV menyingkir ke Banjarmasin,
akhirnya tertangkap, Cakraningrat IV terus dikirim ke Kaap de Goede Hoop,
meninggal dunia pada tahun 1759. Orang Madura memberinya nama Pangeran
Sidengkap, karena Cakraningrat IV meninggal dunia di tempat pengasingannya
yakni Kaap de Goede Hoop.
6. Pemerintahan Jepang, sejak 18 Agustus 1942,
tahun 1943 berkobar pemberontakan di Desa Prajan, Sampang yang dipimpin
pesantren setempat. pemimpin-pemimpin pesantren ditangkap dan ditembak mati.
Akhirnya atas campur tangan Panglima
Tentara Jepang (Seiko Sisikan) di Jakarta, mereka yang masih ditahan dibebaskan
kembali dan pembantaian lebih lanjut dapat dihentikan.
c. Sekilas Sejarah Bangsa Belanda di
Pamekasan : (teks asli bahasa Belanda)
Johan Hendrik Sleebos Alexander
Lahir di Probolinggo
April 3, 1842 [sumber: Familysearch.org / India Navorscher, Volume 2 (1989) No
1].
Dia adalah putra Marianne dan Johan Hendrik Sleebos (Moena) Chelebes.
"Chelebes" merupakan distorsi dari Sleebos nama keluarga.
Wanita Jawa Moena hanya karena nama Kristen-nya Marianna Chelebes. [Sumber: The Indian Navorscher, Volume 2 (1989) No 1]
"Chelebes" merupakan distorsi dari Sleebos nama keluarga.
Wanita Jawa Moena hanya karena nama Kristen-nya Marianna Chelebes. [Sumber: The Indian Navorscher, Volume 2 (1989) No 1]
Johan menikah, 24
tahun on September 14, 1866 di Pamekasan / Soemenep [Sumber: Almanak ay Ned.
1852 Indie / Familysearch.org] dengan Charlotte Wilhelmina Lance, 16 tahun.
Wilhelmina lahir Mei 27, 1850 di Soemenep, putri dari William Frederick dan
Lance Johanna Carolina / Phefferkorn Johanna Carolina. Wilhelmina sudah
meninggal. Charlotte Wilhelmina Lance :
Anak-anak dari John dan Wilhelmina:
1. Sleebos Johan Hendrik, lahir tahun 1867 di
Pamekasan [Sumber: Familysearch.org]. Johan di 18 Oktober1868 meninggal, belum
1 tahun [sumber: Familysearch.org].
2. Sleebos William Richard, lahir pada Apri 28,
1869 di Pamekasan dan ia meninggal pada Mei 20, 1870, 1 tahun.
3.
Yohanes Sleebos Gerardus lahir pada
tanggal 4 juni1871 di Pamekasan [Sumber: Keluarga Search.org] dan overleed17
januari1872 di Pamekasan, 7 bulan tua [sumber: Keluarga Search.org].
4. Emilia
Sleebos Antoinette, lahir Desember 29, 1872 di Pamakasan meninggal pada Mei 29,
1873, 5 bulan tua.
5.
Reinier Sleebos Johan, lahir di
Pamekasan 3 September 1874 (di Madura) [Sumber: Keluarga Search.org]. John meninggal
June 29, 1931 di Surabaya, 56 tahun [sumber: The Indian Navorscher, Volume 8
(1995)].
Aplikasi
oleh John Reinier Sleebos:
1903 Penerima
masuk dan keluar tugas dan cukai [Sumber: Ned Address Book. Indie 1903]
1930 Penciptaan pzichter Garam di
Pamekasan (Madura) [Sumber: Ned Address Book. Indie 1930]
Johan menikah, 22 tahun, jam 7 di
Pamekasan April 1897 (Madura) [Sumber: The Indian Navorscher, Volume 8 (1995 /
Familysearch.org] dengan Francina Carolina Ouwens, 21 tahun. Francina lahir di
Yogyakarta pada tanggal 28 Agustus1875 [sumber : Navorscher India, Volume 8 (1995)], putri Sophia Hermanus
Adrianus Maria Mathilda Ouwens dan Israel. Francina meninggal 26 Pebruari1938
di Surabaya, 62
tahun [sumber: The Indian Navorscher, Volume 8 (1995)].
6. Sleebos William Edward, lahir di Probolinggo
15 Agustus 1875 [Sumber: Keluarga Search.org]. William meninggal September 19,
1875, 1 bulan [sumber: Keluarga Search.org].
7.
Sleebos Johanna Maria, lahir 04
september1876 di Pamekasan.
8.
Hendrik Johan Sleebos, lahir Juli 29, 1878 di Probolingo [Sumber:
Familysearch.org]. John Henry Alexander Sleebos meninggal Maret 12, 1882 di
Pamekasan, 39 tahun [sumber: File Sleebos (Sifa)]”.

d. Sekilas
Sejarah Tembakau Madura
Tanaman tembakau Madura bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Madura, telah
menyatu dalam kehidupan masyarakat Madura.
Tembakau Madura menjadi tumpuan hidup orang-orang Madura. Jika kemudian tembakau di kalangan masyarakat Madura sebagai daun emas.
Sejak dahulu kala
masyarakat Madura
menjadikan tembakau
sebagai tanaman primadona.
Di dalam buku “Madura Dalam Empat Zaman” : Perdagangan, Perkembangan Ekonomi,
dan Islam” (1989 : 45), Huub de Jonge menulis bahwa
timbulnya dan penyebarluasan penanaman tembakau secara komersial ditentukan oleh perkembangan agraris di
pualu Jawa. sistem tanam paksa maupun pertanian, perkebunan beberapa tahun
kemudian, secara tidak langsung mempunyai arti penting rakyat Madura. Tulisan Huub de
Jonge membuktikan tentang proses tata niaga di Madura, sebenarnya tradisi
impor. Walaupun, kini tembakau telah menjadi bagian dari masyarakat Madura.
Kini tembakau madura diincar
pengusaha industri rokok, karena kualitas tembakau dan aroma serta rasa yang
khas.
Karena tembakau dilahirkan dari
rahim tanah Madura,
membuktikan sebagai salah satu tembakau yang sangat bernilai dan menjadi rebutan pabrik dan
pengusaha rokok di tanah Jawa.
Pemerintah
Belanda pada waktu itu benar-benar menjadi alasan betapa penanaman tembakau di Madura menghadapi
rintangan. Stigma klasik tanah Madura yang tidak produktif menjadi catatan bagi pemerintahan
ketika itu untuk mempertimbangkan penanaman tembakau di bumi Madura.
Menurut Huube de
Jonge (hlm. 148), di Madura,
tahun 1830 diadakan percobaan tanam tembakau. Residen Surabaya segera memberitahukan kepada Gubernur
Jenderal, Madura
sama sekali tidak cocok untuk tanaman tembakau. Ekspremen dengan tanaman lain,
pada waktu itu Madura
selamat dari tanam paksa yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial.
Huube (hlm. 149),
Masyarakat Madura
mengenal penanaman tembakau
dengan cara lain. Banyak orang Madura memperoleh pekerjaan budidaya tembakau gubernemen di Jawa.
IV. PROFIL
PARIWISATA PAMEKASAN
a. Daya Tarik
Wisata Alam
· Pantai
Talang Siring 10 Km kearah Timur dari Kota Pamekasan yang biasanya digunakan
sebagai tempat rekreasi keluarga
· Pantai
Jumiang mudah dijangkau kendaraan roda dua dan 4 dengan jarak 15 Km dari pusat
kota.
·
Pantai Batu
Kerbuy Terletak di Kecamatan Pasean dengan luas 5 Ha dengan keindahan alam
pantainya yang menarik. Nama Batu Kerbuy diambil dari sebuah batu yang
berbentuk seperti kerbau yang terletak 8 Km dari pantai
Pantai Batu
Kerbuy Terletak di Kecamatan Pasean dengan luas 5 Ha dengan keindahan alam
pantainya yang menarik. Nama Batu Kerbuy diambil dari sebuah batu yang
berbentuk seperti kerbau yang terletak 8 Km dari pantai
· Api tak
Kunjung Padam Biasa disebut dengan Jangka, terletak di Desa Larangan Tokol
Kecamatan Tlanakan yang berjarak 4 Km dari pusat kota dengan prasarana jalan
yangcukup baik. Juga telah tersedia kios dan warung souvenir.
b. Atraksi Wisata
Budaya
· Kerapan Sapi
Kerapaan
sapi Madura sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Madura yang memiliki
unsur “sport, culture and art”
kini termasuk 5 keunikan budaya Nusantara menjadi event pariwisata nasional, ini
hanya dapat dijumpai di tanah Madura.
Sebelum dimulai
para pemilik melakukan ritual arak-arakan sapi disertai alat musik seronen alat musik khas Madura membuat acara ini semakin meriah.
Panjang lintasan : 180 sampai dengan 200 meter, ditempuh dalam waktu 14 s/d 18 detik. Kemahiran
joki terkadang bambu yang diinjak sang joki
melayang di udara karena kecepatan sapi
sapi. Karapan Sapi di madura merupakan pergelaran yang sangat unik, sudah warisan
secara turun menurun terjaga sampai sekarang.
Event ini banyak menyedot wisatawan nusantara bahkan
wisatawan mancanegara menyaksikan karapan
sapi ditingkat Grand Final, selain itu kerap kali diliput oleh media elektronik
nasional maupun internasional. Setiap diadakan pentas kerapan sapi juga
menampilkan tarian bersifat kolosal.
Kegiatan kerapan sapi merupakan pesta rakyat madura dan
sekaligus juga ajang perebutan tingkat strata ekonomi pemilik sapi kerapan
se-Madura, karena harga sapi kerap cukup tinggi.
Pangeran Katandur
Berasal dari Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep atas prakarsa Pangeran. Katandur
pada akhir abad 13.
Berangkat dari ketekunan bagaimana cara bekerja mengolah
tanah membajak persawahan menggunakan sapi dengan cara cepat.
Pangeran Katandur mengajak warga di desa mengadakan
balapan sapi. Tanah sawah yang
sudah dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi kini terus berkembang, dijaga kelestariannya.
Hanya namanya diganti lebih populer dengan "Kerapan Sapi", Kerapan sapi Madura juga dapat diadakan untuk suguhan
package tour, atraksi wisata sesuai permintaan.
·
Atraksi Budaya Sapi Sonok
Kontes pasangan sapi betina yang
terdiri dari jenis ras Madura, dengan kriteria penilaian kontes : kecantikan, performance,
dan kekompakan dalam berlaga. di Kabupaten Pamekasan, lokasi sapi sonok di Desa
Waru Barat Kecamatan Waru ± 34 Km arah utara dari Kota Pamekasan, kondisi jalan
beraspal ditempuh menggunakan semua jenis kendaraan.
f. Struktur
Arsitektur Seni Budaya Madura
Potret bagian bangunan rumah
tradisional rakyat pesisir Madura pada umumnya sangat sederhana berbentuk limas
di puncak genting dihias ekor naga, adalah pengaruh budaya peninggalan cina.
Seni rupa cina sangat dominan terhadap perkembangan
seni arsitektur rumah tradisional dengan ditandai ukiran, warna khas bagian
dari budaya cina.
Rumah rakyat Madura juga seperti
rumah-rumah jawa yang berbentuk joglo, empat tiang utama penyanggah, di dalam
terdapat kamar yang biasanya dipergunakan untuk kaum wanita dan anak-anak,
biasa rumah dan surau dibangun dalam satu komplek.
Kelengkapan rumah adalah bangunan
surau, masyarakat Madura dikenal taat beribadah sehingga selain tempat sholat
juga digunakan untuk menerima tamu khususnya tamu pria, selain itu berfungsi
sebagai tempat tidur pria dan anak laki-laki.
Jika diperhatikan bahwa rumah
adat Madura memiliki ruang dan jendela dan berpintu besar sehingga mungkinkan
terjadi sirkulasi udara dalam ruang cukup segar dan sejuk.
Arsitektur rumah adat rakyat
Madura turut mempengaruhi rumah-rumah adat warga Madura di Jawa hal ini
tentunya tidak terlepas dari masyarakat Madura yang menetap di tanah Jawa
seperti di Situbondo, Bondowoso, dan lain-lain atau lebih dikenal masyarakat
“pendalungan”.
V. PROFIL DESA
WISATA
a. Desa Wisata Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan
1. Kondisi
Umum
Geografis Kecamatan Tlanakan
Kabupaten Pamekasan berada pada koordinat 113019’ – 113058
Bujur Timur dan 6051’ – 7031’ Lintang Selatan, dengan
luas wilayah : 48,10 Km2, Berada pada 22 m dpl, kelembaban udara
rata-rata 80 %, temperatur maksimum 300 dan minimum 280 C
2. Batas Wilayah
a. Sebelah utara : Kecamatan Pamekasan, Proppo
b. Sebelah selatan : Selat Madura
c. Sebelah barat : Kabupaten Sampang
d. Sebelah timur : Kecamatan Pademawu.
3.
Keadaan
Umum
· Penduduk :
Kecamatan
Tlanakan merupakan desa berklasifikasi desa swasembada dengan luas wilayah 49,18
Km2, dan berjumlah penduduk : 50.691 jiwa, Laki-laki : 24.515 jiwa,
sedangkan perempuan : 26.176 jiwa, hasil sensus penduduk tahun 2003.
Data penduduk tahun 2007 sumber BPS
Pamekasan :
Desa Larangan Tokol luas desa : 4,55 Km2
dengan jumlah penduduk : 8.177 jiwa, Laki-laki : 4.034 jiwa, perempuan
4.143 jiwa.
· Organisasi Desa Badan Perwakilan Desa
Sarana
dan Prasana Pendidikan
Tingkat Sekolah dasar : 25 unit
Tingkat
Madrasah : 5 unit
4. Pelayanan
Kesehatan di Kecamatan Tlanakan
Puskesmas : 2 unit
Puskesmas Pembantu : 3 unit
Posyandu : 67
unit
Polindes : 16
unit
Apotek : 1
unit
Tenaga Medis
Dokter Gigi :
1 orang
Bidan : 18 orang
Perawat : 29
orang
Dukun Bayi sertifikat lulus : 31 orang
b.
Desa
Wisata Klampar Kecamatan Proppo
1. Kondisi
Umum
Kecamatan Proppo
memiliki luas wilayah yang sebagian wilayah berada pada ketinggian 0-100
m. sebanyak : 6.671 Ha dan pada
ketinggian 101-500 m sebanyak 478 Ha. Jumlah penduduk di Kecamatan Proppo
menunjukkan angka sebanyak 72.705 jiwa. (data tahun 2006)
Sistem pengairan
lahan sawah terbagi menjadi pengairan teknis, non teknis (setengah teknis),
sederhana, sawah irigasi air tanah, sawah pedesaan dan sawah tadah hujan. Untuk
kawasan pemukiman, tegalan, hutan dan tambak. Kawasan tambak terdiri dari
tambak garam, udang dan bandeng.
Dibawah ini data
penggunaan tanah yang didapat dari sumber Kabupaten Pamekasan dalam angka 2006
(Ha) adalah :
·
Sawah
Irigrasi :
51,9 Ha
·
Sawah
Semi
Irigrasi :
14,8 Ha
·
Sawah
Tadah Hujan :
2.805,5 Ha
·
Tegalan
: 3.572,8 Ha
·
Tanah
Tandus/Rusak : 51,9 Ha
·
Permukiman/Perkampungan :
603,0 Ha
2. Penduduk
·
Jumlah penduduk : 72.705 jiwa
·
Laki-laki :
35.934 jiwa
·
Perempuan : 36.771
jiwa
3. Pelayanan Kesehatan
·
Puskesmas : 7 unit
·
Posyandu : 56 unit
4. Sarana dan Prasarana Pendidikan
·
Taman Kanak : 11
unit
·
Sekolah Dasar : 52 unit
·
SMP : 4 unit
·
Pondok Pesantren : 17 unit
·
Madrasah : 44 unit
·
Pendidikan Agama : 14 unit.
c.
Desa
Wisata Tanjung Kecamatan Pademawu
1. Kondisi
Umum
Kecamatan Pademawu ini memiliki luas
wilayah yang berada pada ketinggian di bawah 100 m dpl sebanyak 7.189 Ha.
jumlah penduduk di Kecamatan Pademawu : 70.655 jiwa.
Sistem pengairan
lahan sawah terbagi menjadi pengairan teknis, non teknis (setengah teknis),
sederhana, sawah irigasi air tanah, sawah pedesaan dan sawah tadah hujan.
Sementara itu lahan bukan sawah dipergunakan untuk kawasan pemukiman, tegalan,
hutan dan tambak. Kawasan tambak terdiri dari tambak garam, udang dan bandeng.
Data penggunaan
tanah yang didapat dari sumber Kabupaten Pamekasan dalam angka 2006 (Ha) adalah
:
·
Sawah
Semi Irigrasi : 2.007,4 Ha
·
Sawah
Tadah
Hujan :
1.069,1 Ha
·
Tegalan
: 1.398,7 Ha
·
Hutan
Sejenis
: 257,3 Ha
·
Tambak
Garam
: 1.081,5 Ha
·
Tanah
Tandus/Rusak
: 515,0 Ha
·
Permukiman/Perkampungan
: 778,82 Ha
· Penduduk
Jumlah penduduk : 70.655 jiwa
Laki-laki :
34.478 jiwa
Perempuan : 36.177
jiwa
· Sarana dan Prasarana Pendidikan
Taman Kanak :
4 unit
Sekolah Dasar :
37 unit
SMP : 3 unit
Madrasah : 3 unit
Pendidikan Agama : 1 unit
· Pelayanan Kesehatan
Puskesmas : -
Posyandu : 83 unit
BKIA : 24 unit
Sumber dari : BPS Kabupaten
Pamekasan
VI. SEKTOR
PENDUKUNG Desa Wisata
Berkaitan dengan pembentukan desa
wisata Jawa Timur dan dikaitkan dengan program Menteri Negara Pembangunan
Daerah Tertinggal menginginkan pemberdayaan masyarakat perdesaan ditingkatkan dan
sebagai upaya peningkatan perekonomian, kesejahteraan masyarakat perdesaan dan
peningkatan kelompok usaha kecil dan menengah di Kabupaten Pamekasan.
Sektor – sektor pendukung menjadi
andalan desa wisata di Kecamatan, Tlanakan, Proppo dan Pademawu adalah sebagai
berikut :
a. Pertanian
|
TANAMAN
|
LUAS LAHAN
(Ha)
|
PRODUKSI
(Kw/Ha)
|
JUMLAH PRODUKSI (Kw)
|
|
Padi
|
1.338
|
48
|
6.422,4
|
|
Jagung
|
1.308
|
23
|
3.008,4
|
|
Ubi Kayu
|
225
|
111
|
2.497,5
|
|
Ubi Jalar
|
38
|
76
|
288,8
|
|
Kacang
Tanah
|
51
|
14,2
|
71,4
|
|
Kacang
Hijau
|
98
|
14,4
|
141,12
|
b.
Usaha
Industri Makanan
Jumlah perusahaan yang beroperasi
di Kecamatan Tlanakan 289 dengan menyerap tenaga kerja 546 orang, dan investasi
yang ditanamkan dalam usaha-usaha
|
komoditi
|
Perusahaan
|
Tenaga kerja
|
Investasi
(dalam Ribu)
|
|
Petis
|
59
|
135
|
4.200
|
|
Garam
|
12
|
262
|
117.555
|
|
Tahu/Tempe
|
3
|
8
|
8.000
|
|
Krupuk
|
215
|
141
|
6.720
|
|
Kacang
Tanah
|
51
|
14,2
|
71,4
|

